Sektor Jasa Keuangan Stabil dan Berdaya Tahan Turut Mendukung Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Jakarta, 2 Juni 2025 – Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 28 Mei 2025 menilai stabilitas Sektor Jasa Keuangan (SJK) tetap terjaga, di tengah dinamika tensi perdagangan dan geopolitik global.
Dinamika perdagangan internasional menunjukkan perkembangan setelah terjadinya kesepakatan dagang antara AS dan Inggris pada 8 Mei 2025 yang merupakan kesepakatan permanen pertama AS dengan negara lain paska–penundaan penerapan resiprokal tarif. Lebih lanjut, kesepakatan dagang sementara AS–Tiongkok pada 12 Mei 2025 yang berlaku selama 90 hari turut menurunkan tensi perdagangan global. Pelaku pasar menyambut baik kesepakatan tersebut sehingga mendorong penguatan pasar keuangan global diikuti juga oleh penurunan volatilitas pasar keuangan dan capital inflow ke pasar negara berkembang.
Ketegangan geopolitik meningkat di beberapa kawasan. Kendati demikian, dampaknya terpantau dapat terlokalisir sehingga imbasnya ke pasar keuangan global masih terbatas.
Rilis pertumbuhan ekonomi global pada kuartal pertama tahun 2025 menunjukkan pelemahan diikuti oleh berlanjutnya penurunan inflasiyang menunjukkan pelemahan permintaan global.
Menyikapi hal tersebut, kebijakan moneter global semakin akomodatif dengan beberapa bank sentral telah menurunkan suku bunga, menyuntikkan likuiditas ke pasar, atau menurunkan reserve requirement. Kebijakan fiskal global juga cenderung ekspansif meski ruang fiskal terbatas.
Di tengah perkembangan tersebut, The Fed menyiratkan kebijakan “Fed Fund Rate (FFR) high for longer”, menunggu kepastian dari kebijakan tarif dan dampaknya terhadap berberapa indikator perekonomian. Hal ini mendorong pasar menurunkan estimasi penurunan FFR menjadi 2 kali di tahun 2025 (dari sebelumnya 3-4kali penurunan), dengan penurunan pertama diprakirakan mundur ke bulan September. Pasar juga terus mencermati rencana penerbitan Undang-Undang One Big Beautiful Bill yang diperkirakan akan meningkatkan defisit fiskal AS sehingga Moodys menurunkan rating AS. Beberapa hal tersebut mendorong pelemahan pasar obligasi dan nilai tukar AS.
Sementara itu, perekonomian domestik masih menunjukkan resiliensinya di tengah tingginya dinamika global. Pertumbuhanekonomi masih positif pada Q1-2025 meskipun dengan laju yang sedikit melambat menjadi 4,87 persen. Permintaan domestik, khususnya konsumsi rumah tangga, tetap menjadi motor utamayang tumbuh sebesar 4,89 persen yoy.
Inflasi dalam negeri tetapterjaga tercatat sebesar 1,95 persen (Mar-25: 1,03 persen), masihdalam rentang target bank sentral. Beberapa indikatorperekonomian terkini juga masih menunjukan resilensi, diantaranyaNeraca Perdagangan yang terus mencatat surplus, defisit transaksiberjalan menyempit menjadi 0,05 persen PDB (sebelumnya 0,87persen), dan cadangan devisa tetap stabil di level tinggi.
Sehubungan dengan inisiatif Pemerintah untuk meningkatkanpertumbuhan ekonomi nasional dengan menggulirkan paket insentifekonomi di bulan Juni 2025, OJK mendukung upaya-upayadimaksud yang akan memperkuat daya beli dan pada akhirnyamendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
OJK bersama-samadengan kementerian dan lembaga terkait dan industri jasa keuanganterus bekolaborasi melakukan upaya-upaya mendorong intermediasiyang optimal, pendalaman pasar keuangan, dan upaya-upayapengembangan potensi industri yang prospektif, termasukmendukung segmen Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Hal-hal tersebut dilakukan dalam rangka mendorong pembiayaanyang lebih inklusif, yang memungkinkan potensi-potensi ekonomiIndonesia lebih dioptimalkan untuk mendorong pertumbuhanekonomi nasional.